“Tidaklah Aku
Ciptakan Jin dan Manusia Melainkan untuk Tunduk Kepada-Ku”, sebuah penjelas sekaligus perintah bahwasanya semua Makhluk wajib
hukumnya untuk tunduk kepada Allah swt termasuk Manusia itu sendiri.
Manusia
merupakan makhluk sosial yang pasti membutuhkan makhluk-makhluk lain untuk
saling berinteraksi satu sama lain dan juga merupakan makhluk ciptaan tuhan
yang paling sempurna dari makhluk-makhluk lainnya. Namun Apakah pembeda antara
manusia dengan makhluk lainnya, sehingga dikatakan bahwa manusia adalah yang
paling sempurna ?
Maka untuk menjawab pertanyaan hal
seperti demikian, seyogyanyalah kita untuk menggunakan pendekatan Agama didalam
mengkajinya. Sebab, salah satu pendekatan paling sempurna ketika kita ingin
mengetahui segala sesuatu yang ada didalam muka bumi ini adalah dengan
Pendekatan Agama (Al-Diin).
Telah jelas Allah mengatakan didalam
bait-bait sucinya yang kita (Umat Muslim) jadikan sebagai suatu petunjuk (Hudan) hidup, dimana bait-bait tersebut
memiliki arti kurang lebih bermakna bahwa Satu-satunya Makhluk yang paling
sempurna yang kami ciptakan ialah Manusia, sebab selain dilengkapi dengan
anggota tubuh yang sempurnah juga dibarengi dengan akal dan hawa nafsu, yang
dimana makhluk lainnya tidak memiliki kedua itu.
Sehingga jelas bahwa sesempurnanya
makhluk ialah manusia. Karena apabila kita bandingkan dengan makhluk lain yang
salah satunya ialah malaikat yaitu bahwa malaikat memang memiliki akal akan
tetapi satu hala yang tak dimiliki oleh malaikat yaitu Hawa Nafsu (An-Nafs) maka dikatakan bahwa malaikat
adalah makhluk yang paling suci sebab tak ternodai oleh hawa Nafsu.
Begitupula dengan makhluk lainnya
seperti binatang, maksudnya ialah memang sama-sama memiliki hawa nafsu dan otak
akan tetapi binatang tidak memiliki fikiran atau pemikiran dan atau tidak
memfungsikan otaknya sehingga tak heran apabila hewan ketika berinteraksi
terhadap sejenis mereka hanya menggunakan bunyi-bunyian semisal sapi yang
ketika berinteraksi dengan sesama sapi pastilah hanya menggunakan bunyian
Muuuu, dan begitu seterusnya.
Akan tetapi timbul pertanyaan
kemudian, yaitu apakah selamanya manusia itu lebih mulia dan sempurna
dibandingkan makhluk lainnya ? maka jawabannya ialah Tidak Selamanya.
Semisalnya ialah malaikat, yang katanya manusia lebih mulia dan sempurna dari
padanya. Dan kemudian jikalau memang tidak selamnya, maka apa indikator dari
pembeda tersebut ? Maka jawabannya ialah Tergantung dari Ke Imanan serta Ke
Ikhlasan mereka didalam menjalankan segala perintah-perintah dan
larangan-larangan-Nya.
Dari banyak macam getar-ketirnya
kehidupan ini, pastilah banyak juga cobaan serta hikmah yang kita ambil
darinya. Salah satu dari cobaan atau ujian kita sebagai hamba Allah yang Ke
Imanannya sementara dalam masa uji coba ialah dalam melaksanak ibadah puasa
didalam bulan suci ramadhan, dimana kita ketahui bersama bahwa pada saat
momentum itulah kita benar-benar merasakan sebuah ujian dari keimanan dan
keikhlasan kita beribadah.
Kita ketahui bersama bahwa didalam
bulan ramadhan, sebulan penuh lamanya keimanan dan keikhlasan kita diuji dan
ditempa oleh Allah swt, pada siang harinya yaitu dengan menindih dan melawan
segala sesuatu yang bersifat duniawi dan terutama ialah hawa nafsu, serta
kitapun juga dilarang untuk menggauli istri-istri kita kecuali malam hari
sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah:187, yang artinya : “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari
dibulan ramadhan untuk menggauli istri-istri kamu, sebab mereka adalah pakaian
bagi kamu dan kalian adalah pakaian-pakaian bagi istri-istri kamu”.
Sehingga jelaslah bagi kita bagaimana ujian terhadap Keimanan kita
didalam melaksanakan berbagai jenis ibadah baik yang wajib maupun sunnah dan
kemudian kita aktualisasikan didalam berbagai sendi-sendi kehidupan kita, itu
benar-benar selalu menghadapi yang namanya ujian dan cobaan, tergantung
bagaimana sikap kita menghadapi semuanya salah satunya ialah dengan ke Ikhlasan
Iman.
Berbicara tentang keikhlasan iman
merupakan satu-satunya indikator yang dapat mengantar kita kepada ibadah yang Nasuhaa (sebenar-benarnya ibadah).
Sebagaimana firman Allah didalam Q.S. Attaubah yang mengatakan: “ Wahai orang-orang yang beriman,
bertaubatlah kalian kepada-Ku dengan taubat nasuha (sebenar-benarnya taubat)”, yang
apabila kita bawa kedalam segi ibadah, maka jelaslah bahwa segala sesuatunya
harus dibarengi dengan niat yang seikhlas-ikhlasnya.
Dapat pula kita saksikan bahwa
terdapat banyak kisah-kisah yang dipaparkan oleh Rasulullah tentang orang-orang
yang ikhlas didalam menjalani rutinitas dikehidupan mereka, yang cikal bakal
mengantarkan kepada mereka kepada suatu keadaan yang mungkin tidak kebanyakan
orang merasakannya yaitu Rahmat-Nya. Dan salah satu kisahnya yang sering kita
dengar ialah bagaimana seorang wanita yang tidak memiliki pekerjaan lain selain
PSK/PELACUR dapat masuk kedalam syurga sebab mendapatkan Rahmat dari Allah
karena hanya memberi minum seekor anjing yang tengah sekarat karena kehausan,
serta masih banyak kisah-kisah mengenai keikhlasan yang dapat kita jadikan
contoh didalam kita melakukan rutinitas kita sehari-hari.
Adapula kisah-kisah lain yang
penulis alami sendiri berkenaan tentang orang-orang yang ikhlas dan akhirnya
menjadikan motivasi tersendiri bagi kami yaitu kisah antara sepasang kakek dan
nenek yang hidup dipelosok desa namun memiliki kehidupan seperti kebanyakan
orang-orang kota bahkan melebihi banyak orang kota. Dimana pekerjaan mereka
hanya bertani dengan luas tanah yang tidak lebih hanya sekitar 2-3 hektar,
sudah dapat membangun rumah layaknya rumah perkotaan yang nilainya bahkan bisa melebihi setengah
miliyar dan mereka juga telah melaksanakan ibadah haji.
Pertanyaan kemudian, apa maksud saya mengangkat cerita ini ? jawabnya ialah tak lain untuk memberitahukan kepada
kita semua bahwa kita benar-benar harus ikhlas didalam segala sendi kehidupan
kita sebab dengan begitu insyaallah Allah swt akan memberikan hidayah, taufiq dan terutama rahmat-Nya bagi
kita, selayaknya kisah kakek dan nenek tersebut yang sumber utama dari
dimudahkannya Rezeki mereka oleh Allah ialah selain pandai dalam bersyukur, hal lain yang juga mereka lakukan yaitu dengan melayani tamunya
selayaknya yang dianjurkan oleh agama yang mengatakan bahwa Tamu adalah raja
dan itulah yang kelihatannya sepele namun dilakukan oleh mereka secara turun
temurun yang pada akhirnya berimbas pada kehidupan mereka yang kelihatannya
biasa-biasa saja namun memiliki Karamah yang sangat tinggi, sehingga nikmat
duniapun mereka miliki dan insya Allah nikmat akhiratpun senantiasa menanti
mereka. Amiin yaa rabbaal aalamiin..
Untuknya itu marilah kita senantiasa
bertafakkur kepada Allah swt, mengharapkan keridhaannya kepada kita sehingga
kelak kedepan kita dapat menjadi khlifah dimuka bumi ini menjadi khalifah yang
adil dan rahmatan lil aalamiin, bukan hanya hanya kepada sesama muslim
melainkan kepada seluruh makhluk yang ada dimuka bumi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar