Selasa, 19 Mei 2020

MENANAMKAN NILAI-NILAI KE IKHLASAN DI DALAM DIRI


“Tidaklah Aku Ciptakan Jin dan Manusia Melainkan untuk Tunduk Kepada-Ku”, sebuah penjelas sekaligus perintah bahwasanya semua Makhluk wajib hukumnya untuk tunduk kepada Allah swt termasuk Manusia itu sendiri.

            Manusia merupakan makhluk sosial yang pasti membutuhkan makhluk-makhluk lain untuk saling berinteraksi satu sama lain dan juga merupakan makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna dari makhluk-makhluk lainnya. Namun Apakah pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya, sehingga dikatakan bahwa manusia adalah yang paling sempurna ?
            Maka untuk menjawab pertanyaan hal seperti demikian, seyogyanyalah kita untuk menggunakan pendekatan Agama didalam mengkajinya. Sebab, salah satu pendekatan paling sempurna ketika kita ingin mengetahui segala sesuatu yang ada didalam muka bumi ini adalah dengan Pendekatan Agama (Al-Diin).
            Telah jelas Allah mengatakan didalam bait-bait sucinya yang kita (Umat Muslim) jadikan sebagai suatu petunjuk (Hudan) hidup, dimana bait-bait tersebut memiliki arti kurang lebih bermakna bahwa Satu-satunya Makhluk yang paling sempurna yang kami ciptakan ialah Manusia, sebab selain dilengkapi dengan anggota tubuh yang sempurnah juga dibarengi dengan akal dan hawa nafsu, yang dimana makhluk lainnya tidak memiliki kedua itu.
            Sehingga jelas bahwa sesempurnanya makhluk ialah manusia. Karena apabila kita bandingkan dengan makhluk lain yang salah satunya ialah malaikat yaitu bahwa malaikat memang memiliki akal akan tetapi satu hala yang tak dimiliki oleh malaikat yaitu Hawa Nafsu (An-Nafs) maka dikatakan bahwa malaikat adalah makhluk yang paling suci sebab tak ternodai oleh hawa Nafsu.
            Begitupula dengan makhluk lainnya seperti binatang, maksudnya ialah memang sama-sama memiliki hawa nafsu dan otak akan tetapi binatang tidak memiliki fikiran atau pemikiran dan atau tidak memfungsikan otaknya sehingga tak heran apabila hewan ketika berinteraksi terhadap sejenis mereka hanya menggunakan bunyi-bunyian semisal sapi yang ketika berinteraksi dengan sesama sapi pastilah hanya menggunakan bunyian Muuuu, dan begitu seterusnya.
            Akan tetapi timbul pertanyaan kemudian, yaitu apakah selamanya manusia itu lebih mulia dan sempurna dibandingkan makhluk lainnya ? maka jawabannya ialah Tidak Selamanya. Semisalnya ialah malaikat, yang katanya manusia lebih mulia dan sempurna dari padanya. Dan kemudian jikalau memang tidak selamnya, maka apa indikator dari pembeda tersebut ? Maka jawabannya ialah Tergantung dari Ke Imanan serta Ke Ikhlasan mereka didalam menjalankan segala perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya.
            Dari banyak macam getar-ketirnya kehidupan ini, pastilah banyak juga cobaan serta hikmah yang kita ambil darinya. Salah satu dari cobaan atau ujian kita sebagai hamba Allah yang Ke Imanannya sementara dalam masa uji coba ialah dalam melaksanak ibadah puasa didalam bulan suci ramadhan, dimana kita ketahui bersama bahwa pada saat momentum itulah kita benar-benar merasakan sebuah ujian dari keimanan dan keikhlasan kita beribadah.
            Kita ketahui bersama bahwa didalam bulan ramadhan, sebulan penuh lamanya keimanan dan keikhlasan kita diuji dan ditempa oleh Allah swt, pada siang harinya yaitu dengan menindih dan melawan segala sesuatu yang bersifat duniawi dan terutama ialah hawa nafsu, serta kitapun juga dilarang untuk menggauli istri-istri kita kecuali malam hari sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah:187, yang artinya : “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari dibulan ramadhan untuk menggauli istri-istri kamu, sebab mereka adalah pakaian bagi kamu dan kalian adalah pakaian-pakaian bagi istri-istri kamu”.
            Sehingga jelaslah bagi kita bagaimana ujian terhadap Keimanan kita didalam melaksanakan berbagai jenis ibadah baik yang wajib maupun sunnah dan kemudian kita aktualisasikan didalam berbagai sendi-sendi kehidupan kita, itu benar-benar selalu menghadapi yang namanya ujian dan cobaan, tergantung bagaimana sikap kita menghadapi semuanya salah satunya ialah dengan ke Ikhlasan Iman.
            Berbicara tentang keikhlasan iman merupakan satu-satunya indikator yang dapat mengantar kita kepada ibadah yang Nasuhaa (sebenar-benarnya ibadah). Sebagaimana firman Allah didalam Q.S. Attaubah yang mengatakan: “ Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada-Ku dengan taubat nasuha (sebenar-benarnya taubat)”, yang apabila kita bawa kedalam segi ibadah, maka jelaslah bahwa segala sesuatunya harus dibarengi dengan niat yang seikhlas-ikhlasnya.
            Dapat pula kita saksikan bahwa terdapat banyak kisah-kisah yang dipaparkan oleh Rasulullah tentang orang-orang yang ikhlas didalam menjalani rutinitas dikehidupan mereka, yang cikal bakal mengantarkan kepada mereka kepada suatu keadaan yang mungkin tidak kebanyakan orang merasakannya yaitu Rahmat-Nya. Dan salah satu kisahnya yang sering kita dengar ialah bagaimana seorang wanita yang tidak memiliki pekerjaan lain selain PSK/PELACUR dapat masuk kedalam syurga sebab mendapatkan Rahmat dari Allah karena hanya memberi minum seekor anjing yang tengah sekarat karena kehausan, serta masih banyak kisah-kisah mengenai keikhlasan yang dapat kita jadikan contoh didalam kita melakukan rutinitas kita sehari-hari.
            Adapula kisah-kisah lain yang penulis alami sendiri berkenaan tentang orang-orang yang ikhlas dan akhirnya menjadikan motivasi tersendiri bagi kami yaitu kisah antara sepasang kakek dan nenek yang hidup dipelosok desa namun memiliki kehidupan seperti kebanyakan orang-orang kota bahkan melebihi banyak orang kota. Dimana pekerjaan mereka hanya bertani dengan luas tanah yang tidak lebih hanya sekitar 2-3 hektar, sudah dapat membangun rumah layaknya rumah perkotaan yang nilainya bahkan bisa melebihi setengah miliyar dan mereka juga telah melaksanakan ibadah haji.
            Pertanyaan kemudian, apa maksud saya mengangkat cerita ini ? jawabnya ialah tak lain untuk memberitahukan kepada kita semua bahwa kita benar-benar harus ikhlas didalam segala sendi kehidupan kita sebab dengan begitu insyaallah Allah swt akan memberikan hidayah, taufiq dan terutama rahmat-Nya bagi kita, selayaknya kisah kakek dan nenek tersebut yang sumber utama dari dimudahkannya Rezeki mereka oleh Allah ialah selain pandai dalam bersyukur, hal lain yang juga mereka lakukan yaitu dengan melayani tamunya selayaknya yang dianjurkan oleh agama yang mengatakan bahwa Tamu adalah raja dan itulah yang kelihatannya sepele namun dilakukan oleh mereka secara turun temurun yang pada akhirnya berimbas pada kehidupan mereka yang kelihatannya biasa-biasa saja namun memiliki Karamah yang sangat tinggi, sehingga nikmat duniapun mereka miliki dan insya Allah nikmat akhiratpun senantiasa menanti mereka. Amiin yaa rabbaal aalamiin..

            Untuknya itu marilah kita senantiasa bertafakkur kepada Allah swt, mengharapkan keridhaannya kepada kita sehingga kelak kedepan kita dapat menjadi khlifah dimuka bumi ini menjadi khalifah yang adil dan rahmatan lil aalamiin, bukan hanya hanya kepada sesama muslim melainkan kepada seluruh makhluk yang ada dimuka bumi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar