Senin, 30 Juni 2025

Bulan Muharram: Misi Kemanusiaan dalam Persatuan dan Perdamaian

Ada momen-momen dalam hidup yang membuat kita terdiam, merenung, bahkan menitikkan air mata tanpa suara. Bulan Muharram adalah salah satunya. Ia datang setiap tahun bukan hanya membawa angka baru dalam kalender hijriah, tetapi juga mengetuk hati, menyentuh nurani, dan mengajak kita untuk kembali pada nilai-nilai kemanusiaan yang sering terlupakan di tengah hiruk-pikuk dunia.

Setiap kali Muharram datang, hati umat Islam seolah disapa oleh waktu yang penuh makna. Ini bukan sekadar pergantian bulan dalam kalender hijriyah, tetapi momentum suci yang mengetuk kesadaran kita akan sejarah, kemanusiaan, dan cinta pada perdamaian. Muharram adalah bulan yang penuh haru, penuh pelajaran, dan penuh ajakan untuk memperbaiki dunia dengan kasih, bukan dengan kebencian. 

Menyikapi Kontestasi Pesta Demokrasi Yang Penuh Dengan Intrik Dan Gimik dengan Kaca Mata Moderasi

Kurang lebih dua pekan kedepan masyarakat akan di hadapkan pada sebuah kondisi dimana mereka wajib memilih sosok yang akan memimpin mereka 5 tahun kedepan. Sosok yang akan memperjuangkan kesejahteraan mereka.

Kalau kita coba untuk mundur beberapa bulan ke belakang. Debat para calon pemimpin yang telah diselenggaran selama kurang lebih 4 kali. Setidaknya bisa menejadi pertimbangan bagi masyarakat untuk menentukan pilihan.

Selama perdebatan, bukan hanya debat calon pemimpin yang menyita perhatian melainkan debat para pendukung di balik gelanggang juga sangat sengit. Masing-masing mencari penguat argumentasi untuk menjelaskan gimik dan intrik yang dibuat oleh masing-masing pasangan.

Dan lebih jauh lagi. Debat merambah ke media sosial hingga group-group WhatsApp. Debat di media sosial pun tak kalah sengitnya bahkan saking sengitnya debat di media sosial khususnya di platform X (Twitter) pertarungan narasi sangat cepat terbangun. Bertebaran potongan video, meme dsb yang tak sedikit mengandung unsur Disinformasi dst.

Menangisnya Bumi: Menelisik Dampak Tambang terhadap Lingkungan dalam Perspektif Agama

Tidak ada yang lebih sunyi daripada rintihan bumi yang terluka. Ia tidak bersuara, tidak menangis, dan tidak melawan. Tapi dari pori-pori tanah yang merekah, dari sungai yang menghitam, dari udara yang semakin sesak, kita tahu: ‘ada yang tak lagi baik-baik saja dengan rumah kita bersama ini.’

Kita hidup di negeri yang dilimpahi karunia—hutan tropis yang luas, air yang mengalir deras dari pegunungan, tanah yang subur, dan perut bumi yang menyimpan kekayaan mineral tak terhingga. Tapi sayangnya, karunia ini kerap dikelola dengan keserakahan, bukan kebijaksanaan. Pertambangan, yang sejatinya bisa menjadi anugerah dan penopang ekonomi bangsa, sering kali justru menjelma menjadi sumber petaka yang mengoyak kehidupan sosial, menghancurkan keseimbangan ekologis, dan merusak martabat kemanusiaan.

Fakta Menarik Judi Online, Banyak Mudharatnya!

Fenomena judi online kian hari kian meresahkan. Bagaimana tidak. Hampir seluruh lapisan elemen masyarakat terjerumus kedalamnya. Hal ini bisa kita lihat bagaimana kemudian Indonesia menjadi Negara urutan pertama pemain judi online berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Drone Emprit.

Lantas, seperti apa fakta dari judi online yang banyak dilakukan oleh masyarakat. Yang jika ditelisik lebih jauh ternyata memiliki dampak buruk yang begitu besar. Bukan hanya bagi pribadi pelaku melainkan juga terhadap masyarakat luas.

Penguatan Peran Tokoh Agama sebagai Agen Penerus dalam Moderasi Beragama

Indonesia sebagai negara dengan keberagaman agama yang tinggi, menuntut adanya upaya serius dalam menjaga kerukunan umat beragama tersebut. Dan Salah satu kunci utama dalam mewujudkan kerukunan tersebut adalah melalui Moderasi Beragama.

Jamak kita memahami bahwa Moderasi Beragama ialah bagaimana kemudian praktek beragama kita senantiasa mengambil jalan tengah. Tidak condong pada pemahaman kiri atau radikalisme dan pemahaman kanan atau sekularisme. Melainkan senantiasa mengambil perspektif yang moderat.

Hal senada namun lebih koheren disampaikan oleh salah seorang tokoh agama nasional yaitu Nurcholis Madjid atau lebih akrab disapa Gus Nur. Beliau berpendapat bahwa Moderasi Beragama itu adalah sebuah konsep kesadaran multikultural yang bertujuan untuk mewujudkan keharmonisan masyarakat. Lebih lanjut, beliau menyampaikan bahwa moderasi beragama itu memiliki nilai-nilai seperti nilai spirit ketauhidan, nilai teologi inklusif, nilai pluralisme dan toleransi.